BERNIE Siegel, baru-baru ini melakukan penelitian tentang ‘khasiat’ ciuman seorang istri bagi suaminya maupun seorang ibu bagi anak-anaknya. Sampel diambil dari kalangan peserta (suami) yang naik mobil pribadi untuk ke kantor dan dibagi dalam dua kelompok. Kelompok pertama adalah para suami yang berangkat ke kantor tanpa dicium oleh sang istri. Setelah beberapa waktu ditemukan bukti yang menakjubkan. Suami yang pergi ke kantor dengan ciuman sang istri lebih memiliki kemungkinan kecil untuk mengalami kecelakaan di perjalanan daripada mereka yang berangkat kerja tanpa merasakan kecupan mesra sang istri. Ternyata kualitas dan antusias bekerja pun mengalami perbedaan yang cukup signifikan. Kecupan tulus sang istri ketika memberangkatkan suami bekerja ternyata telah meminimalkan kemungkinan hadirnya WIL (wanita idaman lain). Di pihak lain, seorang anak yang diberangkatkan oleh sang ibu dengan kecupan sayang ternyata memberi dampak yang luar biasa dalam prestasi sekolahnya, bahkan kecupan tersebut mampu meredam kemarahan untuk tidak berkelahi di Sekolah daripada mereka yang diberangkatkan oleh baby sitter (pembantu). Percaya atau tidak, hal ini merupakan hasil suatu penelitian yang spektakuler mengenai ciuman sang ibu.
Ciuman atau kecupan sayang seorang ibu yang tulus merupakan bukti cinta dan keindahan mendalam dan kesetiaan yang teguh tanpa harus terutai dalam kata-kata. Gde Prama bahkan melukiskan wanita memejamkan mata ketika berciuman, karena sadar sedalam-dalamnya kalau keindahan di dalam sini jauh lebih meneduhkan dibandingkan keindahan luar. Dalam salah satu jurnal Psycology of Woman, disebutkan wanita memiliki kemampuan mempertahankan cinta yang luar biasa dibandingkan pria. Tidak heran di dunia yang semakin berubah ini, jika didata sedemikian rupa akan tampak bahwa jumlah janda jauh lebih banyak daripoada duda. Sekalipun banyak, namun dalam hal selingkuh jauh lebih banyak pria daripada wanita.
***
Surga berada di telapak kaki ibu, merupakan ungkapan yang sangat indah untuk menggambarkan eksistensi seorang wanita yang telah berperan ganda dalam kehidupannya; sebagai ibu dan istri, bahkan karyawan atau pemimpin dalam pekerjaannya. Agak sulit ditemukan suatu tulisan yang menggambarkan wanita adalah kepala dalam rumah tangganya atau yang mengepalai rumah tangganya. Namun, sekalipun bukan kepala, ada status yang boleh dibanggakan dari seorang ibu, yakni penolong (helper), mereka setara dengan pria yang salah satu komponenntya berasal dari tulang rusuk pria.
Demikian agungnya sebutan yang diberikan kepada seorang ibu, hingga kita sering lupa bahwa sekalipun surga berada di telapak kaki ibu, namun kerap kali neraka yang justru berada di mulut dan ucapan seorang ibu. Kekuatan seorang ibu bukan berada dalam kuasa mulutnya, melainkan dalam tangannya yang dingin dan hati yang tulus serta pikiran yang optimis untuk membangun bahtera yang telah dirintis bersama sang suami. Keteladanan sang ibu tampak dari untaian indah doa-doa yang mengalir disertai air mata untuk memanjatkan syukur dan permohonan kepada Sang Pencipta. Monumen keindahan kasih ibu dibangun di atas kecupan sayang, dekapan hangat dan cerita-cerita indah yang mengalir sejuk membentuk atmosfer kehangatan kasih di rumah maupun di kantor.
Ibu yang bijkasana akan terus mendorong karier sang suami melalui kekuatan kasih yang diberikan di rumah. Untaian doa yang dipanjatkan kepada Sang Pencipta akan jauh lebih banyak dibandingkan sekadar kasak kusuk ke sana ke mari untuk mengatrol kedudukan sang suami.
Sementara itu, agak janggal rasanya ketika ada seorang ibu yang sibuk mengurusi orang lain daripada dirinya sendiri maupun keluarganya. Kurang tepat porsinya, ketika di tegah-tengah upaya meningkatkan harkat seorang ibu, masih sering terjadi ibu yang suka menyebarkan gosip ke sana ke mari; yang justru secara tidak langsung akan mengurangi rekening bank harga dirinya sebagai seorang ibu.
Seorang rekan sewaktu mahasiswa dulu pernah menasehati, “Jika ingin tahu bagaimana karakter calon istrimu, lihat dan pelajarilah tingkah laku dan karakter ibunya.”
Ibu (dan ayah) merupakan model yang tidak terlepas dari perkembangan seorang anak. Model pertama bahkan paling utama dalam proses identifikasi seorang anak terlihat dari tingkah laku orang tuanya sehari-hari.
Madam Theresa pernah bertutur, “Tebarkanlah cintamu di mana-mana!” Ciuman, sekalipun tanpa biaya, namun menjadi kekuatan yang luar biasa sebagai lambang cinta yang tulus. Siapa tahu, dengan ciuman sayang sang istri untuk sang suami sebelum berangkat ke kantor akan mampu mengangkat motivasi dan komptensi sang suami serta membangun kebersamaan dan sense of belonging terhadap perusahaan yang tinggi.
“Kasih ibu kepada beta, tak terhingga sepanjang masa. Hanya memberi tak harap kembali, bagai sang surya menyinari dunia.@@@ (diambil dari buku ““Half Full – Half Empty” – Setengah Isi Setengah Kosong-Parlindungan Marpaung-halaman 6-10)”