Monday, January 23, 2012

Kelas Menengah RI Doyan Akses Internet

VIVAnews - Nielsen Indonesia mencatat pertumbuhan pengguna seluler di Indonesia pada 2011 meningkat 78 persen dibandingkan lima tahun lalu. Dari jumlah itu, hampir 78 persen kelas menengah di Tanah Air memiliki telepon seluler, di mana setengahnya menggunakan untuk akses internet.

"Lebih dari sepertiganya memiliki telepon pintar (smartphone)," kata Managing Director Media Nielsen Indonesia, Irawati Pratignyo, dalam konferensi pers, Nielsen, marketing and media presentation 2011, di Hotel Ritz Carlton, Kawasan Megakuningan, Jakarta, Kamis, 1 Desember 2011.

Irawati mengatakan, kenaikan kepemilikan telepon seluler mencatat sejarah terbesar di Indonesia. Hal ini tak terlepas dari tingkat penetrasi yang tinggi dan keinginan kuat untuk membeli smartphone.

"Perangkat ini dengan cepat menjadi platform utama untuk ragam aktivitas yang berbeda, seperti menonton video, akses internet dan berhubungan melalui jaringan sosial," kata dia.

Dalam catatan Nielsen, penggunaan internet melalui telepon genggam meningkat pesat selama lima tahun terakhir. Jika pada lima tahun lalu penggunaan internet hanya tujuh persen, kini meningkat empat kali lipat menjadi 22 persen.

Peningkatan akses internet melalui telepon genggam ini tak terlepas dari penggunaan oleh anak-anak dan golongan muda dari kelas menengah Indonesia.

Lonjakan ini, Irawati melanjutkan, adalah kunci utama bagi para pemasar dan penyedia konten untuk memfokuskan usaha mereka dengan syarat mengetahui apa yang dicari konsumen. (art)
• VIVAnews
Komentar:
Saya setuju dengan penelitian di atas di mana peneliti sudah menunjukkan kepada para pembaca bahwa internet sekarang mengalami perkembangan yang sangat pesat terutama dari segi jumlah penggunanya. Itu berarti informasi  merupakan sesuatu yang penting bagi kita. Melalui internet maka kita dapat mengetahui informasi apa saja dengan cepat. Bagi para penyedia hardware maupun software untuk hal ini,  tentu ini merupakan suatu informasi yang menyenangkan hati. Namun yang menjadi catatan untuk mereka adalah mudah-mudahan menyediakan yang terbaik bagi para calon konsumen yang mungkin belum memahami benar-benar teknologi ini baik dari segi hardware maupun software. Ini perlu diperhatikan karena masyarakat Indonesia ini jumlah penduduknya sangat banyak tetapi di satu pihak masih terdapat kesenjangan yang sangat besar dalam hal pengetahuan. Sebagian besar masyarakat masih belum melek teknologi. Mudah-mudahan mereka tidak kena tipu dari para penyedia hanya untuk kepentingan diri mereka sendiri. Kepentingan masyarakat yang nota bene sebagian besar belum mengerti ini harus dinormorsatukan. Berarti ini juga merupakan tanggung jawab mereka, para penyedia produk dan jasa dalam hal ini untuk turut serta mendidik masyarakat kita sehingga mereka tidak ketinggalan jauh. Para penyedia tidak bisa menjadikan mereka sebagai obyek hanya untuk memenangkan kepentingan kita sendiri. Perlu jujur untuk mengatakan yang sebenarnya kepada mereka sehingga mereka tidak selalu menjadi orang-orang yang kalah dalam permainan ini.

Stefan Sikone