Tulisan ini menyoroti aspek lain dari suatu bisnis, aspek
risiko bankrupt yang mana semua investor atau businessman tidak mengharapkan terjadi kegagalan bisnis bahkan
sampai bankrupt total.
Sebagai investor
atau businessman apakah anda siap
menghadapi kenyataan pahit tersebut? Mau atau tidak, inilah suatu kenyataan
yang bisa terjadi untuk semua bisnis. Yang ada hanya perubahan. Oleh karena itu
investor atau businessman setelah
menginvestasikan dananya atau berada paa jajaran suatu binsis hanyalah berusaha
untuk memaksimalkan keuntungan/profit di
satu sisi dan sebaliknya meminimalisasi kerugian di sisi yang lain. Bahwasannya dalam perjalanan bisnisnya terjadi
kegagalan total atau kerennya bankrupt
total, investor atau pebisnisnya tidak kaget atau lebih parah lagi stress
berat. Tidak ada yang abadi, bisnis pun
demikian. Semua bisnis bisa bankrupt.
Banktuptnya
suatu bisnis dapat disebabkan oleh
banyak faktor:
Begitu semangatnya, Abe, menjalankan beberapa kegiatan bisnis sekaligus.
“Saya bekerja di perusahaan swasta dengan gaji 5 juta per bulan. Umur
saya 26 dan masih single. Saya punya
tanggungan di rumah, yaitu membiayai adik sekolah dan membayar cicilan utang
orang tua. Totalnya Rp 2,5-3 juta. Dengan kondisi itu, saya mencoba untuk
usaha. Saat ini jual keripik pedas, bikin t-shirt sesuai order, bikin batik
desain sendiri (sekarang lagi proses pembuatan dengan proses printing). Usaha
mempromosikan wajik hasil olahan orang tua juga sedang saya usahakan untuk
promosi ke luar kota.”
Suatu saat, tanpa dikira sebelumnya, Abe dipecat dari perusahaan ia
bekerja, sementara itu bisnis-bisnis lain yang dijalankannya pun perlahan tapi
pasti kekurangan pelanggan dan akhirnya tidak ada satu pun pelanggan lagi.
Bisnis-bisnis tersebut di atas akhirnya macet total.
Walaupun sebagian orang ada yang mampu menjalankan beberapa bisnis secara
paralel, terminologi “One step at a time”
masih merupakan yang terbaik agar bisnis maksimal.
2. Kurang/tidak tekun:
Setelah bergabung dengan bisnis jaringan yang dikenalnya, Andi duduk
pangku kaki, sambil mengharapkan bahwa bulan berikutnya atau bahkan setiap
harinya ia akan mendapatkan income dari bisnis jaringan tersebut, sesuai dengan
janji dari bisnis networking tersebut. Andi tidak menekuni usaha pengembangan
jaringannya.
Bisnis jaringan tidak dapat berkembang sendiri. Andi yang seharusnya berusaha sekuat kemampuan untuk membentuk
jaringan dan memotivasi peserta jaringan tersebut untuk melakukan duplikasi
jaringan.
Setelah menamatkan kuliahnya di sebuah Universitas ternama di Bandung,
Andi melamar dan kemudian bekerja di sebuah perusahaan X. Soal standar gaji
ditentukan oleh perusahaan sesuai dengan kebijakan perusahaan. Andi dalam
hatinya sebenarnya tidak setuju dengan ketentuan perusahaan tersebut, namun ia
mau mencoba-coba bekerja. Hanya dalam waktu dua bulan Andi memutuskan untuk
berhenti dari pekerjaan di perusahaan tersebut, karena menurutnya apa yang
diberikan oleh perusahaan tidak setara dengan kwalifikasi pendidikannya. Ani
lalu berpindah ke perusahaan Y. Di perusahaan Y pun ia hanya bekerja kurang
lebih dua bulan, dengan alasan yang sama di atas. I alalu pindah ke perusahaan
lain lagi. Hitung-hitung sudah setahun ini Andi sudah berpindah 6 kali.
Pertanyaan saya: kapan Andi bisa mendapatkan gaji yang sesuai dengan
harapannya? Kalau terus berpindah-pindah seperti kutu loncat maka yang jelas
Andi tidak akan memperoleh gaji yang besar seperti diharapkan.elama menjadi
pekerja di perusahaan orang lain, maka pemilik perusahaan itulah yang
menentukan berapa yang harus diterima.
Kalau andi merasa bahwa tamat dari suatu universitas ternama di Bandung,
maka Andi yang harus menciptakan pekerjaan bagi orang lain.
Artikel terkait: Targeting dalam trading
Pada era profesionisme sekarang ini,
anda sebagai seorang yang mau berbisnis perlu tahu seluk beluknya. Kalau tidak
tahu apa bisnis anda secara mendalam, maka sebaiknya tidak usah mencoba
berbisnis. Anda mungkin berkata dan bertindak seperti orang yang profesional di
bidang bisnis, tapi apa anda akan bertahan bila mengalami keadaan sulit atau
risiko gagal bisnis? Hanya orang yang profesional yang dapat bertahan.
Apa kaitan antara doa dan bisnis? Bagi orang Indonesia yang dikenal hidup
keagamaannya kuat, maka usaha apa pun tentu dibarengi dengan doa. Kalau tidak
dibarengi dengan doa, maka bersiaplah untuk menerima kenyataan bahwa usaha
bisnis anda gagal. Ora et Labora.
Demikianlah beberapa gagasan.
Semoga artikel ini memberikan inspirasi.
==============================
Pertimbangkanlah secara matang bila anda akan memulai trading forex. Forex trading memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Anda bisa kehilangan dana dalam jumlah besar bahkan hingga seluruhnya. Kami tidak bertindak atas nama pialang berjangka manapun dalam melakukan trading forex.