Thursday, September 5, 2013

AKU, SEORANG PEDAGANG FOREX SEJATI




Stefan Sikone, MM

(Tulisan ini mengisahkan tentang bagaimana aku menjadi seorang pedagang Forex Sejati)
Bagian III
Perjalananku sebagai seorang anak petani berubah menjadi seorang pedagang forex memang sungguh suatu proses yang panjang. Menjadi salesman buku di PT DIS, Jogyakarta sebagaimana telah saya gambarkan pada dua bagian sebelumnya, dan itu terus berlanjut dalam tulisan selanjutnya di bagian ketiga ini.

Pada Bagian kedua sebelum tulisan ini saya mengakhiri ceritanya pada selesainya proses perkuliahanku di STIE IPWIJA, Jakarta tahun 2002. Walaupun demikian, dalam tulisan selanjutnya saya masih tetap menceritakan juga beberapa proses yang terjadi selama perkuliahan, sehingga tulisan ini tidak murni apa yang kulakukan setelah kuliah. 

“Setelah semua proses perkuliahanku selesai akhirnya saya memiliki satu tambahan gelar Magister Manajemen yang benar-benar saya rasa raih dengan susah payah, selama kurang lebih empat tahun. Lama sekali memang, tetapi justru dari segi waktu yang lama ini maka saya belajar untuk menjadi seorang yang dapat menyelesaikan kuliahku dengan hasil keringat sendiri. Saya tambah percaya diri untuk menjadi seorang pedagang. Saya tidak ambil profesi lain karena menjadi seorang pedagang ternyata membuat saya menjadi seorang yang berpengetahuan ekomomi manajemen. Modal besar untuk menjadi seorang pedagang forex sejati.”

Berpikir untuk mulai usaha sendiri

Akhir tahun 1999, tepatnya tanggal 30 Desember putri kami yang pertama lahir. Kami sangat gembira dapat memiliki seorang putri yang cantik, namanya Gratia. Proses kelahirannya cukup sulit memang dan sampai akhirnya lahir itulah yang  membuatku untuk menamai dia Gratia. Sungguh karena rahmat Tuhan maka dia bisa lahir. Gratia lahir secara premature yakni hanya 7 bulan di dalam kandungan ibunya. Beratnya hanya 2.30 kg, sungguh kecil bayinya, dan para perawatnya cukup cekatan, memasukkannya dalam inckubator  dan prosesnya begitu bagus sampai kami hanya nginap di rumah bersalin bu berkat 2 hari.
Walaupun memang sulit untuk membayar uang rumah sakit namun akhirnya bisa diatasi dan kami bisa pulang ke rumah kontrakan. Selanjutnya memang perjuangan berat untuk bisa menghidupkan bayi kami yang kecil ini. 

Pekerjaanku sebagai seorang salesman tetap saya jalani dengan senang hati. Saya kini pada pertengahan 1999, bergabung dengan PT Columbia, cabang Semarang yang membuka pos di Salatiga. PT Columbia, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan elektronik dan furniture. Setiap hari berangkat pukul 6.00 untuk menghadiri briefing singkat dari supervisor dan setelah itu pergi keliling dari rumah ke rumah (door to door) atau dari kantor ke kantor sekitar wilayah Salatiga dan Kabupaten Semarang. Biasanya pulang kembali ke rumah ya sekitar jam 18.00 WIB. Pengalaman menjadi seorang salesman di perusahaan ini juga sangat menarik dan saya memperoleh banyak pengalaman untuk menjual sebuah produk.  Saya belajar untuk menjadi seorang yang bersabar, tekun, mengelola target dan pokoknya baguslah karena di sini saya sungguh ditantang untuk menerapkan ilmu marketing yang peroleh dari STIE IPWIJA Jakarta. Saya lebih tertantang lagi karena menjadi seorang mahasiwa S2 yang seorang salesman memang perlu ketahanan mental. Bagaimana tidak, terkadang orang leihat saya dengan sebelah mata, seorang calon magister manajemen jadi tenaga sales. Namun saya tidak pernah malu dan malahan saya senang sekali karena bisa menjadi seorang tenaga sales. Lagian ini sesuai dengan ilmu manajemen terutama pemasaran yang saya tekuni. 

Sambil menjual produk elektronik dan furniture di PT Columbia, bersama dengan istri kami juga  mulai merintis usaha sendiri, membuat tas yang kami rancang dari kardus bekas.  Setiap hari istriku  merancang gambar tasnya  dan setelah pulang dari perusahaan tempat di mana saya bergabung untuk penjualan elektronik dan furniture, saya tinggal menjahitnya menjadi sebuah tas kardus yang menarik. Paling satu hari dapat satu buah dan itu dititipkan di beberapa kios yang kami kenal. Tidak seberapa uang yang kami dapat dari pekerjaan ini memang, namun saya juga belajar banyak untuk merintis suatu usaha secara mandiri.
Bagian ketiga tulisan ini saya akhiri di sini saja dan akan disambung lagi pada bagian yang keempat.
Salam
 

========================
Pertimbangkanlah secara matang bila anda akan memulai trading forex. Forex trading memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Anda bisa kehilangan dana dalam jumlah besar bahkan hingga seluruhnya. Kami tidak bertindak atas nama pialang berjangka manapun dalam melakukan trading forex.