Stefan Sikone, MM
(Tulisan
ini mengisahkan tentang bagaimana aku menjadi seorang pedagang Forex Sejati)
Bagian III
Perjalananku sebagai seorang anak
petani berubah menjadi seorang pedagang forex memang sungguh suatu proses yang
panjang. Menjadi salesman buku di PT DIS, Jogyakarta sebagaimana telah saya
gambarkan pada dua bagian sebelumnya, dan itu terus berlanjut dalam tulisan
selanjutnya di bagian ketiga ini.
Pada Bagian kedua sebelum tulisan
ini saya mengakhiri ceritanya pada selesainya proses perkuliahanku di STIE
IPWIJA, Jakarta tahun 2002. Walaupun demikian, dalam tulisan selanjutnya saya
masih tetap menceritakan juga beberapa proses yang terjadi selama perkuliahan,
sehingga tulisan ini tidak murni apa yang kulakukan setelah kuliah.
“Setelah
semua proses perkuliahanku selesai akhirnya saya memiliki satu tambahan gelar
Magister Manajemen yang benar-benar saya rasa raih dengan susah payah, selama
kurang lebih empat tahun. Lama sekali memang, tetapi justru dari segi waktu
yang lama ini maka saya belajar untuk menjadi seorang yang dapat menyelesaikan
kuliahku dengan hasil keringat sendiri. Saya tambah percaya diri untuk menjadi
seorang pedagang. Saya tidak ambil profesi lain karena menjadi seorang pedagang
ternyata membuat saya menjadi seorang yang berpengetahuan ekomomi manajemen.
Modal besar untuk menjadi seorang pedagang forex sejati.”
Berpikir untuk mulai usaha sendiri
Akhir tahun 1999, tepatnya tanggal
30 Desember putri kami yang pertama lahir. Kami sangat gembira dapat memiliki
seorang putri yang cantik, namanya Gratia. Proses kelahirannya cukup sulit
memang dan sampai akhirnya lahir itulah yang
membuatku untuk menamai dia Gratia. Sungguh karena rahmat Tuhan maka dia
bisa lahir. Gratia lahir secara premature yakni hanya 7 bulan di dalam
kandungan ibunya. Beratnya hanya 2.30 kg, sungguh kecil bayinya, dan para
perawatnya cukup cekatan, memasukkannya dalam inckubator dan prosesnya begitu bagus sampai kami hanya
nginap di rumah bersalin bu berkat 2 hari.
Walaupun memang sulit untuk
membayar uang rumah sakit namun akhirnya bisa diatasi dan kami bisa pulang ke
rumah kontrakan. Selanjutnya memang perjuangan berat untuk bisa menghidupkan
bayi kami yang kecil ini.
Pekerjaanku sebagai seorang salesman
tetap saya jalani dengan senang hati. Saya kini pada pertengahan 1999,
bergabung dengan PT Columbia, cabang Semarang yang membuka pos di Salatiga. PT
Columbia, sebuah perusahaan yang bergerak dalam bidang penjualan elektronik dan
furniture. Setiap hari berangkat pukul 6.00 untuk menghadiri briefing singkat
dari supervisor dan setelah itu pergi keliling dari rumah ke rumah (door to
door) atau dari kantor ke kantor sekitar wilayah Salatiga dan Kabupaten
Semarang. Biasanya pulang kembali ke rumah ya sekitar jam 18.00 WIB. Pengalaman
menjadi seorang salesman di perusahaan ini juga sangat menarik dan saya
memperoleh banyak pengalaman untuk menjual sebuah produk. Saya belajar untuk menjadi seorang yang
bersabar, tekun, mengelola target dan pokoknya baguslah karena di sini saya
sungguh ditantang untuk menerapkan ilmu marketing yang peroleh dari STIE IPWIJA
Jakarta. Saya lebih tertantang lagi karena menjadi seorang mahasiwa S2 yang
seorang salesman memang perlu ketahanan mental. Bagaimana tidak, terkadang
orang leihat saya dengan sebelah mata, seorang calon magister manajemen jadi tenaga
sales. Namun saya tidak pernah malu dan malahan saya senang sekali karena bisa
menjadi seorang tenaga sales. Lagian ini sesuai dengan ilmu manajemen terutama
pemasaran yang saya tekuni.
Sambil menjual produk elektronik
dan furniture di PT Columbia, bersama dengan istri kami juga mulai merintis usaha sendiri, membuat tas yang
kami rancang dari kardus bekas. Setiap hari
istriku merancang gambar tasnya dan setelah pulang dari perusahaan tempat di
mana saya bergabung untuk penjualan elektronik dan furniture, saya tinggal menjahitnya
menjadi sebuah tas kardus yang menarik. Paling satu hari dapat satu buah dan
itu dititipkan di beberapa kios yang kami kenal. Tidak seberapa uang yang kami
dapat dari pekerjaan ini memang, namun saya juga belajar banyak untuk merintis
suatu usaha secara mandiri.
Bagian ketiga tulisan ini saya
akhiri di sini saja dan akan disambung lagi pada bagian yang keempat.
Salam
========================
Pertimbangkanlah secara matang bila anda akan memulai trading forex. Forex trading memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Anda bisa kehilangan dana dalam jumlah besar bahkan hingga seluruhnya. Kami tidak bertindak atas nama pialang berjangka manapun dalam melakukan trading forex.