Stefan
Sikone, MM
Bagian II
(Tulisan
ini mengisahkan tentang bagaimana aku menjadi seorang pedagang Forex Sejati)
Perjalananku sebagai seorang anak
petani berubah menjadi seorang pedagang forex memang sungguh suatu proses yang
panjang. Menjadi salesman buku di PT DIS, Jogyakarta sebagaimana telah saya
gambarkan pada bagian I sebelumnya, dan itu terus berlanjut dalam tulisan
selanjutnya di bagian kedua ini.
Akhir tahun 1997 saya dengan
segenap hati memutuskan untuk tinggal di Semarang. Memang sebelumnya saya
gabung dengan sebuah tim yang dikepalai oleh seorang teman bernama Yupiter Ome,
dari Soe. Kami kos di Cinde Raya, Semarang bersama-sama namun kemudian saya
berpisah dan berani untuk tinggal sendiri dekat-dekat dengan tempat kos kami di
atas. Selain itu juga memang karena saya dapat suatu kesempatan untuk mengajar
bahasa Inggris di SD Antonius I Pandean Lamper, Semarang dan kebetulan sekali
bahwa waktu jual buku di Pertamina Semarang, ada seorang yang baik hati namanya
Harry Muktiaji membeli sebuah paket dan belioau minta juga untuk diajarkan
bahasa Inggris.
Saya menyanggupi dan mulailah saya
mengajar bahasa Inggris secara privat
setiap hari Rabu dan Sabtu. Walau ada tambahan jam terbang dalam hal ini
menjadi seorang guru di SD dan pak Harry namun saya tetap menekuni dunia jual
menjual buku yang sejak lama saya tekuni. Setiap hari bila tidak ada jam
mengajar saya tetap pergi ke kantor-kantor atau rumah ke rumah, bahkwan pada
malam setelah magrib saya tetap pergi selling di rumah-rumah yang saya anggap
bisa menerima buku yang saya tawarkan, saya juga pergi ke rumah sakit – rumah sakit
dan di sana antrian bersama dengan salesman prodeuk yang lain untuk menunggu
kapan dokter atau asistennya memiliki kesempatan untuk menerima saya menawarkan
buku yang saya bawa dari perusahaan.
Kesempatan untuk mengajar bahasa
Inggris buat pak Harry Muktiaji di Pertamina bagiku merupakan suatu kesempatan
di mana saya sungguh ditantang untuk menjelaskan bahasa Inggris secara benar
dan dapat membawa dia dapat menjadi seorang yang dapat berbahasa Inggris secara
aktif.
Tahun 1998 beliau dapat kesempatan
untuk melanjutkan kuliahnya ambil S2 Magister manajemen di UII, Yogyakarta, dan
sempat dia bilang kalau setelah satu semester saya kuliah, saya ajak adik Stef
untuk ikut kuliah juga bersama saya sehingga nanti yang berkaitan dengan bahasa
Ingris saya serahkan pada adik Stef.
Bulu kudukku berdiri setelah
mendengar hal ini karena memang saya juga ingin belajar bahkan dalam waktu yang
secepat-cepatnya. Saya bersemangat sekali untuk belajar walau dari segi
keuangan ya tidak dapat diandalkan sama sekali. Seingat saya ketika Magister
manajemen baru booming pada tahun tersebut, biaya kuliahnya sangat mahal yaitu
sekitar 40 Juta. Dari segi biaya saya tidak punya apa-apa, bahkan ketika diajak
pun sebetulnya saya sangat pesimis, ‘pasti tidak mungkin’ dan memang kemudian
seperti itu.
Semangatku untuk bertualang dari
segi ilmu ini memang nampaknya sudah tertanam sejak di Seminari sehingga saya
tetap nekat, suatu saat saya pasti belajar lanjut. Dengan sedikit uang yang
saya peroleh dari hasil jualan, mengajar maka saya berani untuk mencari
informasi apakah mungkin saya bisa mulai lebih dahulu sebelum pak Harry
menyelesaikan 1 semester?
Ternyata benar juga harapanku, saya
membaca di Koran ada sebuah sekolah tinggi Ilmu Ekonomi di Jakarta yang membuka
kesempatan untuk kuliah magister manajemen, seingat saya ada semacam promosi
bahwa aka nada potongan beasiswa. Saya tetap nekat dan mendaftarkan diri,
mengisi formulir yang disediakan dan dikirimkan ke Jakarta. Eh sungguh hebat
bahwa saya diterima menjadi salah satu peserta dalam perkuliahan itu.
Mental wiraswastaku makin
dimantapkan di sini. Maksudku memang sekolah tinggi Ilmu Ekonomi yang satu ini
memang pandai untuk menciptakan tenaga-tenaga wiraswastawan yang hebat, namanya
seja Institut Pengembangan Wiraswasta Indonesia (IPWI) yang kemudian karena
aturan pemerintah akhir kini namanya menjadi Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi
Jakarta (IPWIJA).
Selama mengikuti perkuliahan saya
tinggal di institute Ilmu Pemerintah Jakarta, kebetulan sekali ditampung oleh
teman-teman yang melanjutkan kuliah dari APDN Kupang dan juga mereka di
antaranya ada temanku di seminari Lalian Atambua sekitar tahun 1984-1988. Dari
segi biaya kos saya terbantu sekali. Saya tidak mengeluarkan sepeserpun untuk
membayar kos dan ini tidak pernah akan kulupakan dalam hidupku, kuliah di
Jakarta dengan biaya hidup tinggi, penghasilan tidak ada, dapat kos gratis.
Tiap hari ketika tidak adak kuliah
saya gabung dengan PT DIS Jakarta dan keliling untuk menjual buku-buku seperti
yang saya jual di Jogya dan Semarang. Saya terbantu di sini karena dengan
menjadi salesman di Jakarta saya dapat mengerti kota Jakarta bahkan dari gang
ke gang, kantor ke kantor. Memang susah ya kalau jadi salesman di Jakarta
karena kalau kita masuk rumah orang yang pagarnya tinggi pasti pertama-tama
ketemu dengan anjing herder. Tetapi saya tetap nekat… pokoknya mau dapat uang
atau tidak untuk bisa makan dan kuliah.
Ketika materi perkuliahan mulai
berkurang saya pergi ke Bandung. Di Bandung ini ada beberapa adik seperti Leo
Diaz Kanis Ambasan, Vincent Pakaenoni, Flori Bata, dan juga kebetulan sekali
juga ada adikku yang bungsu Agustinus Amfotis sedang pendidikan di STPDN Jatinangor
Bandung.
Ketika di Bandung saya juga selain
menjual buku setiap hari, saya bersama dengan Flori Bata dari kantor ke kantor,
rumah ke rumah menjual handuk ajaib, dan sajadah. Luar biasa. Handuk ajaib ini
memang ajaib karena ukurannya kecil tetap bila dibentang maka akan melar dan
bisa seperti sebuah handuk ukuran 1 x 1 meter. Digulung dalam plastik dan bila
ada konsumen yang minta untuk membuktikan keajaibannya maka si Flori ini dengan
gaya yang kas akan menunjukkan bahwa handuknya benar-benar ajaib. Sedangkan
soal sajadah ini juga menyelamatkan saya karena saya bukan seorang islam tetap
ketika menjual sajadah ini maka banyak teman yang Islam pasti membeli dari
saya. Biasanya mereka mengatakan dengan terus terang kalau orang non islam saja
bisa menjual sadah ini mengapa kita tidak membantu dia untuk membeli
menghabiskan stok yang disediakannya? Proses ini berlangsung hampir satu tahun
dan pada tahun 2002 saya bisa menyelesaikan kuliahku di STIE IPWIJA, Jakarta.
Kaitannya dengan perkuliahanku ini
saya mau ucapkan terima kasih untuk pertama, teman-teman semua yang menampung
saya secara gratis di IIP Jakarta untuk tinggal bersama mereka, dan mendapatkan
banyak pengetahuan dari hasil diskusi setiap bertemu. Kedua, teman-teman
seangkatan di STIE IPWIJA yang mana kalau ada buku yang saya tawarkan kepada
mereka maka dengan senang hati membantu membeli buku yang saya tawarkan.
Ketiga, pihak STIE IPWIJA yang sangat mengerti keadaan ekonomiku sehingga
ketika akan tiba bayaran kuliah saya dapat dispensasi untuk bayarnya terlambat.
Keempat, Prof Dr. Kartomo Wirosuhardjo, M.A
yang sangat setia membantu saya ketika saya menyelesaikan tesisku.
Setelah semua proses perkuliahanku
selesai akhirnya saya memiliki satu tambahan gelar Magister Manajemen yang
benar-benar saya rasa raih dengan susah payah, selama kurang lebih empat tahun.
Lama sekali memang, tetapi justru dari segi waktu yang lama ini maka saya
belajar untuk menjadi seorang yang dapat menyelesaikan kuliahku dengan hasil
keringat sendiri. Saya tambah percaya diri untuk menjadi seorang pedagang. Saya
tidak ambil profesi lain karena menjadi seorang pedagang ternyata membuat saya
menjadi seorang yang berpengetahuan ekomomi manajemen. Modal besar untuk
menjadi seorang pedagang forex sejati.
Saya gembira menjadi bukti hidup
bahwa tanpa bantuan beasiswa seperti yang biasanya para mahasiswa S2 dapat
mungkin dari lembaga yang mengirimkan mereka studipun, saya mampu untuk
menyelesaikan studiku magister
manajamen. Jadi kalau ditanya bisa
selesaikan S2 karena dapat beasiswa dari lembaga mana? Saya biasanya maaf agak
sombong bahwa saya tidak pernah dapat bantuan beasiswa untuk studi. Bahwa ada
bantuan sedikit untuk saya kuliah mungkin dari para simpatisan saya karena
kasihan sama saya itu tetp saya akui dan syukur bahwa mereka mau membantu saya.
Untuk mereka itu saya doakan semoga selalu mendapatkan berkat berlimpah selama
hidup di dunia ini maupun di akhirat.
Sampai di sini dulu ceritaku dan
akan saya sambung pada bagian berikutnya.
================================
Pertimbangkanlah secara matang bila anda akan memulai trading forex. Forex trading memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Anda bisa kehilangan dana dalam jumlah besar bahkan hingga seluruhnya. Kami tidak bertindak atas nama pialang berjangka manapun dalam melakukan trading forex.