Monday, September 2, 2013

AKU, SEORANG PEDAGANG FOREX SEJATI





Stefan Sikone, MM


(Tulisan ini mengisahkan tentang bagaimana aku menjadi seorang pedagang Forex Sejati)


Bagian I

Aslinya, aku adalah seorang anak petani, dan mestinya juga aku seorang petani seperti  ayahku. untuk membuktikan pepatah, “Buah jatuh, tidak jauh dari pohon”. Tetapi, nyatanya sekarang aku adalah seorang pedagang forex, trader forex. Keren bukan?

Proses untuk menjadi seorang trader forex bagiku memang sangat panjang. Soalnya harus mengubah paradigma lamaku seorang petani menjadi seorang pedangang itu tidaklah mudah. Butuh waktu bertahun-tahun, untuk belajar sampai pada akhirnya paradigma lama diganti dengan paradigma yang baru, menjadi seorang pedagang forex, (walau tak harus  100% meninggalkann paradigm lamaku seorang petani  karena bagaimana pun juga aku adalah seorang yang pernah dididik oleh ayahku untuk menjadi petani) 

Aku berkiprah dalam bidang perdagangan sejak tahun 1995. Sebenarnya ini juga karena kebetulan. Kebetulan menjadi seorang salesman buku di Jogyakarta, tepatnya di suatu perusahaan namanya PT DIS, sebuah perusahaan yang bergerak untuk bidang penjualan buku kamus berbahasa asing, dalam bentuk paket dan berserial.  Walaupun sepertinya kebetulan namun saya sungguh senang dengan pekerjaan ini dan sungguh menikmatinya.
Setiap hari berkeliling dari kantor ke kantor, rumah ke rumah untuk mengetok pintu hati orang supaya bisa membeli produk buku yang kutawarkan. Sungguh berat memang untuk menekuni pekerjaan sebagai seorang penjual buku ini karena realitanya ketika saya mempresentasikannya kepada orang-orang yang kutemui mereka malah mencibirku dan pokoknya kalau disimpan dalam hati maka pekejaan ini tidak dapat dilakukan seperti yang kulakukan setiap hari. Saya tetap menekuninya dengan senang hati. Tiap hari tetap berangkat kerja. 

Namun satu hal lain yang membuat saya benar-benar mengerti Jogyakarta dan sekitarnya ya dari pekerjaan sebagai salemesman ini. Setiap hari saya berangkat kerja dan menjangkau banyak tempat, dan bertemu dengan banyak orang di lapangan. Sungguh-sungguh suatu rekreasi yang menarik. Setelah berada beberapa bulan di Jogyakarta kami sekelompok tim akhirnya dikirimkan ke luar Jogyakarta, memperluas wilayah jangkauan yakni ke Tegal, Porwokerto, Banyumas, Cirebon, dan pokoknya hampir seluruh Jawa Tengah. Pengetahuanku semakin bertambah dari segi kewilayahan.  Saya sungguh-sungguh menikmati  pekerjaan ini walau dari segi keuangan ya ngas ngos karena penghasilan dari pekerjaan seorang salesman di tempatku ini adalah komisi, artinya bila berhasil satu paket baru bisa dapat komisi, kalau tidak ya tidak dapat uang. 

Fakta menjadi seorang salesman ini sungguh-sungguh menjadi pelajaran yang menarik buat saya. Pertama, salesman bagiku merupakan pekerjaan pertama yang menantang saya untuk menjadi seorang pedagang yang harus sabar, tekun, dan selalu menikmati setiap dinamika perjuangan dari sisi positif. Saya jadi teringat bahwa ketika saya menawarkan buku untuk konsumen yang tidak suka akan buku dan juga mungkin tidak suka sama saya sebagai seorang salesman  maka konsumen tersebut bahkan bisa mengusirku  dengan kata-kata yang kasar dan saya sebagai seorang salesman mau atau tidak hanya bisa tersenyum  kecut dan pergi, seolah-olah tidak ada apa-apa, padahal dalam hati ini sungguh bercampurbaur perasaan malu dan jengkel. Kedua, saya tetap berangkat mengikuti ritme kerja yang sudah  diset oleh perusahaan, pokoknya harus menjual karena bila tidak menjual maka anda tidak dapat komisi. Dan itu saya lakukan, sampai akhirnya saya menyimpulkan bahwa ternyata menjadi salesman itu menarik ya. Nyatanya juga ada yang mau beli buku-buku yang saya tawarkan. Orang bisa membeli buku yang saya tawarkan karena memang dia butuh artinya karena konsumen tersebut membutuhkan buku-buku yang kujual itu untuk kepentingannya belajar, atau mungkin untuk anaknya dan lain-lain. Biasanya kalau bertemu dengan tipe orang ini maka saya selalu terseyum lebar karena proses negosiasinya tidak lama dan saya segera ambil uangnya yang mana selanjutnya diserahkan kepada perusahaan, dan sudah pasti dapat komisi. Orang bisa membeli buku yang kutawarkan karena merasa iba sama saya artinya konsumen itu begistu kasihan sama saya yang setiap hari berpeluh keringat untuk memikul buku dan menawarkannya kepada orang-orang yang kutemui. Kalau bertmu orang seperti ini saya jadi teringat bahwa memang kita harus memiliki rasa kasihan pada sesama yang benar-benar mau bekerja  keras, memgeluarkan keringatnya untuk mendapatkan sesuap nasi. Bila ketemu orang seperti ini pun biasanya negosiasinya begitu singkat, terjadilah jual beli. Sementara itu ada satu tipe kosumen lain yang saya mau uraikan dengan penjelasan seperti ini, seseorang  membeli buku  yang saya tawarkan karena memang ingin secepatnya mengusirku pergi, dalam hal ini dia tidak mau lihat mukaku terus menerus datang dan mengganggunya sehingga cabut uang dan bilang baik saya beli bukumu tetapi pergi dari sini. Saya melihat orang seperti ini sebagai orang yang tidak suka diganggu oleh orang lain apalagi dengan profesi saya seorang salesman. Proses negosisiai bila ketemu orang seperti ini memang agak sulit memang karena terkadang waktu bertemu dia bilang baiklah akan saya pertimbangkan dulu dengan keluarga atau melihat kondisi keuanganku dan sebagainya, harapan yang diberikan inilah yang biasanya membuatku untuk kembali dan kembali lagi untuk menanyakan bagaimana pertimbangannya. Padahal seharusnya dia sudah tidak mau saya datang lagi ke dia namun mengusirkan secar halus saja. Namun maklumlah saya sebagai orang yang butuhkan uang pasti akan selalu berpikir bahwa konsumen yang satu ini potensial sekali dan harus kuulangi lagi. Walaupun pada akhirnya dia harus membeli supaya saya tidak usaha datang lagi namun saya tetap senang juga dapat komisi, perusahaan tentu juga senang.
Sampai di sini dulu ya nanti kita sambung pada bagian kedua pada tulisan berikutnya.

Semoga tulisan ini memberikan inspirasi bagi pembaca yang mampir di blog ini.

Terima kasih

 

================
Pertimbangkanlah secara matang bila anda akan memulai trading forex. Forex trading memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Anda bisa kehilangan dana dalam jumlah besar bahkan hingga seluruhnya. Kami tidak bertindak atas nama pialang berjangka manapun dalam melakukan trading forex.