Inspirasi untuk renungan hari ini saya ambil dari Injil
Luk. 12:54-59, sesuai dengan kalender
Liturgi Gereja Katolik tahun C, 2016.
Refleksi ini saya beri
judul: BELAJAR DARI PENGALAMAN. Ya, pengalaman adalah guru yang mengajarkan
kita sesuatu. 12:54 Yesus
berkata pula kepada orang banyak:, "Apabila kamu melihat awan naik di sebelah barat, segera kamu
berkata: Akan datang hujan, dan hal itu memang terjadi. 12:55 Dan apabila kamu
melihat angin selatan bertiup, kamu berkata: Hari akan panas terik, dan hal itu
memang terjadi.
Pengalaman mengajarkan sesuatu yang pasti sudah terjadi. Pengalaman
bisa digunakan untuk memperkirakan kejadian yang akan datang. Mungkinkah
orang-orang yang mendengar pengajaran Yesus secara langsung waktu itu tidak
pernah menjadikan pengalaman untuk memprediksi, menilai apa yang akan terjadi
pada mereka. 12:56 Hai
orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu
tidak dapat menilai zaman ini?
Okelah, kita tidak usah mempersoalkan kritikan Yesus di atas, tetapi
bersyukur bahwa Yesus sebagai guru kita ingin agar kita bijak dalam masalah-masalah yang berhubungan
dengan jiwa kita sama seperti dalam
masalah-masalah lahiriah.
Ada dua hal yang dikhususkan-Nya di sini:
I. Yesus membiarkan kita belajar memahami jalan Allah, supaya kita
dapat mempersiapkan diri sesuai dengan apa yang kita pahami. Selanjutanya baca
ayat-ayat KS dalam perikop di atas, ganti kata mereka dengan kita (saya)
“Mereka bijaksana dalam hal cuaca, dan dengan mengamati angin dan awan mereka
bisa memperkirakan kapan hari akan hujan dan kapan hari akan panas terik (ay.
54-55), dan sesuai dengan prakiraan cuaca mereka itu, mereka akan memasukkan
jerami atau gandum ke dalam rumah mereka, atau menjemurnya di luar, atau
membawa bekal-bekal tertentu ketika bepergian.
Bahkan untuk perubahan-perubahan cuaca, Allah
memberikan peringatan kepada kita akan apa yang segera terjadi, dan ilmu
pengetahuan kini telah mengembangkan berbagai cara untuk lebih bisa memantau
gejala perubahan cuaca. Perkiraan cuaca yang dirujuk di sini timbul dari
berbagai pengamatan yang dilakukan secara berulang-ulang terhadap rantaian
sebab akibat. Dari apa yang telah terjadi kita bisa menduga apa yang akan
terjadi. Lihatlah manfaat apa yang dapat diambil dari pengalaman; dengan
memberi perhatian, kita bisa
memberi peringatan. Orang yang bijak akan mengamati dan belajar.
II. Biarlah mereka segera berdamai dengan Allah
selama masih ada waktu, sebelum segalanya terlambat (ay. 58-59). Masalah ini
sudah kita lihat dalam kesempatan lain (Mat. 5:25-26).
1. Dalam perkara-perkara duniawi, kita bersikap
bijak jika bersepakat dengan orang-orang yang tidak bisa kita lawan, jika
berdamai dengan musuh kita dengan syarat-syarat terbaik yang bisa kita ajukan,
sebelum mereka mengambil jalan keadilan dan kita diserahkan kepada kerasnya
hukum: "Jikalau engkau dengan lawanmu pergi menghadap pemerintah, untuk
mengajukan perkara kalian, dan engkau tahu bahwa musuhmu akan menang melawanmu,
maka engkau sedang terancam dilemparkan ke dalam penjara; karena itu, cara terbijak bagimu
adalah menyelesaikan permasalahan ini di antara kalian sendiri.
Berusahalah berdamai dengan dia selama di tengah
jalan, supaya engkau dibebaskan, supaya penghakiman tidak dijatuhkan, dan
supaya engkau tidak dihukum sesuai dengan hukum yang berlaku." Orang bijak
tidak akan membiarkan perselisihan mereka semakin menghebat, melainkan berusaha
menyelesaikannya pada waktunya.
2. Marilah kita berbuat demikian juga dalam
masalah-masalah yang berhubungan dengan jiwa kita. Melalui dosa, kita
menjadikan Allah musuh kita, dan kita telah membuat-Nya tidak berkenan kepada
kita, sementara kebenaran dan kekuasaan ada pada-Nya. Karena itu tidak ada
gunanya bagi kita untuk terus berselisih dengan-Nya entah dalam pengadilan
ataupun dalam pertengkaran. Kristus, yang kepada-Nya segala penghakiman telah
diserahkan, adalah pemerintah yang kepada-Nya kita harus segera menghadap.
Jika kita sedang berdiri dalam penghakiman-Nya,
dan kita bersikeras untuk membenarkan diri, maka akibatnya akan balik menentang
kita. Sang Hakim akan menyerahkan kita kepada pembantunya, pelayan-pelayan
keadilan-Nya, dan kita akan dilemparkan ke dalam penjara neraka, dan utang kita
akan ditagih sampai yang sekecil-kecilnya. Walaupun kita tidak bisa membayarnya
secara utuh, kita akan terus dituntut sampai lunas, yang berarti tidak akan
terpenuhi sampai pada kekekalan.
Penderitaan-penderitaan Kristus berlangsung singkat,
namun nilai yang terkandung di dalamnya membuat utang-utang kita terbayar
lunas. Dalam penderitaan-penderitaan orang berdosa yang terkutuk, apa yang
tidak terbayarkan itu harus dilunasi dalam waktu yang tidak berkesudahan. Nah,
dengan menimbang semuanya ini, marilah kita berusaha dengan tekun untuk
dibebaskan dari tangan Allah sebagai musuh dan diserahkan ke dalam tangan-Nya
sebagai Bapa, dan marilah kita melakukannya selama di tengah jalan, seperti yang sangat ditekankan
dalam perumpamaan ini.
Selama kita hidup, kita berada di tengah jalan,
dan sekaranglah waktu kita itu, dengan bertobat dan beriman kepada Kristus
(yang adalah Pengantara sekaligus Pemerintah), untuk menyelesaikan perselisihan
kita, selagi masih dapat dilakukan dan sebelum segalanya terlambat.
Demikianlah Allah di dalam Kristus mendamaikan
dunia dengan diri-Nya, dengan meminta kita untuk sungguh-sungguh berdamai
dengan-Nya. Marilah kita berpegang pada lengan Tuhan yang terentang lebar
menawarkan kemurahan-Nya ini, supaya kita dapat berdamai, dan mencari damai
(Yes. 27:4-5), sebab kita tidak bisa berjalan bersama selama kita tidak
seiring. @@@
Deo Gratia
====================
Pertimbangkanlah secara matang bila anda akan memulai trading forex. Forex trading memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Anda bisa kehilangan dana dalam jumlah besar bahkan hingga seluruhnya. Kami tidak bertindak atas nama pialang berjangka manapun dalam melakukan trading forex.