Inspirasi: Lukas: 11: 37
– 41
Ini bahasa penulis renungan ini untuk memudahkan pemahamanku
(mungkin juga pembaca?) terhadap bacaan Injil hari ini (bacaan sesuai dengan kalender liturgi Gereja Katolik) Selasa, 11 Oktober 2016.
Orang Farisi mengundang Yesus
untuk datang ke rumahnya, setelah Yesus mengajar. Alasan apa ia mengundang
Yesus tidak disinggung dalam bacaan tersebut. Orang Farisi itu sudah mempunyai
niat yang baik loch untuk mengundang
Yesus ke rumahnya. Dari kisahnya, dikatakan bahwa orang Farisi tersebut menjamu
Yesus di rumahnya. Bagiku, orang farisi itu, sudah ada di track yang benar,
menjadikan Yesus sebagai tamu terhormat.
Sering saya dengar bahwa kita harus memperlakukan seorang tamu yang berkunjung ke rumah kita bagaikan raja. Sebagai orang yang tahu adat, orang Farisi itu
menjamu Yesus: untuk makan (mungkin
makan siang/malam).
Masalahnya mulai muncul
ketika mereka akan makan. Yesus tidak mencuci tangannya terlebih dahulu. 11:38
Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci
tangan-Nya sebelum makan. Tidak dikatakan secara terus terang, apakah orang
Farisi itu menegur Yesus? Namun Yesus segera bereaksi terhadap keheranan orang Farisi tersebut. Bukan Yesus, kalau
tidak menyelipkan sebuah ajaran kepada siapapun Dia berada. Dia bahkan mengecam
orang-orang Farisi pada umumnya. 11:39 ….: "Kamu orang-orang Farisi, kamu
membersihkan bagian luar dari cawan dan pinggan, tetapi bagian dalammu penuh
rampasan dan kejahatan. 11:40 Hai orang-orang bodoh, bukankah Dia yang
menjadikan bagian luar, Dia juga yang menjadikan bagian dalam? 11:41 Akan
tetapi, berikanlah isinya sebagai sedekah dan sesungguhnya semuanya akan
menjadi bersih bagimu.
Okelah, orang Farisi yang mengundang Yesus itu memiliki niat yang
baik, mengundang Yesus untuk datang ke rumahnya, dan karena niat baik itulah Yesus
dengan senang hati datang ke rumahnya. Yesus sangat menghargainya bahkan datang
untuk memberikan suatu “nilai” kepada
orang Farisi tersebut . Yang pasti, bahwa dengan datangnya Yesus ke tempat itu,
pemilik rumah tersebut terberkati, dan mungkin saja merasa harga dirinya
terangkat di antara lingkungan sekitarnya. Selesai di situ buat orang Farisi itu
karena ada tujuan dan kepentingan tersembuyi. Dan inilah titik masuk Yesus
untuk mengecam dengan keras orang Farisi
pada umumnya.
Kalau dibandingkan dengan
perikop yang hampir sama seperti dalam Mateus 23:1-36; Markus 12;38-40,
dijelaskan tentang alasan Yesus mengecam orang-orang Farisi dengan keras. Ibadah
mereka hanya bertujuan "supaya dilihat orang". Kesalehan mereka hanya
merupakan kesalehan lahiriah yang tidak muncul dari dalam hati. Kemunafikan
mereka merupakan batu sandungan bagi orang lain. Kehidupan mereka bertentangan
dengan prinsip-prinsip kehidupan yang disampaikan oleh Tuhan Yesus, baik dalam
hal ibadah, kepemimpinan (23:10-11; 20:26-27), doa (23:14; 6:7), sumpah
(23:16-18; 5:33-37), maupun kepedulian sosial (23:23; 15:5-6). Dengan teguran
yang amat keras, Tuhan Yesus menilai bahwa kehidupan orang Farisi itu seperti
kuburan yang dilabur putih: Dari luar terlihat bersih, tetapi di dalamnya
berisi tulang-belulang dan pelbagai jenis kotoran (23:27-28).
Kecaman
Tuhan Yesus terhadap para ahli Taurat dan orang Farisi seharusnya membuat para
pemimpin Kristiani pada masa kini
bermawas diri. Kemunafikan harus dihindari dan para pemimpin Kristiani harus
memperbaiki diri dari dalam agar sanggup menampilkan kehidupan yang bisa
menjadi teladan bagi umat Tuhan. Seorang Pemimpin Kristiani harus memiliki
integritas (kesamaan antara kata-kata dan perbuatan) dan harus menjalankan
kewajibannya untuk melayani umat Allah. Pemimpin yang hanya menginginkan posisi
tanpa kesediaan untuk menanggung risiko adalah seorang yang tidak layak untuk
menjadi pemimpin. [SF]
=================
Pertimbangkanlah secara matang bila anda akan memulai trading forex. Forex trading memiliki tingkat resiko yang sangat tinggi. Anda bisa kehilangan dana dalam jumlah besar bahkan hingga seluruhnya. Kami tidak bertindak atas nama pialang berjangka manapun dalam melakukan trading forex.